Sebagian orang menganggap kucing sebagai hewan pembawa keberuntungan, karena kucing mampu berhubungan dengan dunia lain, dan kucing dapat merasakan bahkan dapat mengusir roh jahat, terlebih kucing berbulu hitam.
Setiap hewan atau tumbuhan memancarkan energi dengan frekuensi tertentu. Energi (frekuensi) yang dipancarkan kucing merupakan energi positif yang berlawanan dengan energi negatif di sekitarnya, seperti halnya pada binatang angsa yang juga dapat menyingkirkan energi negatif di sekitarnya.
Kucing diyakini mempunyai kekuatan menangkal roh-roh jahat atau makhluk halus. Oleh karena itu, hantu atau mahluk halus tidak menyukai rumah yang penghuninya memelihara kucing.
Mitos Kucing di Asia
Di Asia, kucing termasuk salah satu zodiak di Vietnam. Namun kucing tidak termasuk ke dalam zodiak Tionghoa. Menurut legenda, ketika Raja Langit mengadakan pesta untuk hewan yang akan dipilih menjadi zodiak, dia mengutus tikus untuk mengundang hewan-hewan yang telah dipilihnya. Bagian cerita ini dikisahkan dalam berbagai versi, ada versi yang menceritakan bahwa tikus lupa untuk mengundang kucing; versi lainnya, tikus menipu kucing mengenai hari pesta; dan berbagai variasi lainnya.Pada akhirnya kucing tidak hadir dalam pesta itu, tidak terpilih menjadi hewan zodiak, sehingga memiliki dendam kesumat pada tikus.
Bagi orang Jepang, kucing adalah hewan teramat istimewa. Orang Jepang lebih memilih memelihara kucing dibanding anjing. Para kaisar yang pernah menduduki tahta pemerintahan, selalu memelihara kucing. Ini dikarenakan adanya mitos turun-temurun yang menyatakan bahwakucing adalah hewan kesayangan Dewa Amaterasu (Dewa Matahari).
Sebagai hewan kesayangan Dewa, kucing sering turun ke dunia manusia untuk mengamati kehidupan para manusia dan melaporkan segala yang dilihatnya itu kepada para dewa. Jika ia menemukan orang yang berhati mulia namun sangat miskin, ia akan melaporkannya kepada Dewa Kemakmuran agar orang baik tersebut diberi rahmat rejeki.
Gambar boneka patung kucing Jepang (ManekiNeko), simbol rejeki. |
Mitos ini tidak hanya dipercaya oleh orang Jepang, tetapi juga oleh orang China yang dikenal sebagai pengusaha ulung.
Itulah sebabnya, bagi orang Jepang, kucing dianggap hewan yang keramat. Mereka percaya, jika seseorang membunuh kucing dengan sengaja, maka kesialan akan mengikuti sepanjang sisa hidupnya akibat kutukan dewa.
Tradisi di Jepang, jika kucing peliharaan mereka mati, maka akan menguburkan jenazah sang kucing di pemakaman khusus hewan seperti layaknya pemakaman manusia.
Mereka memasang dupa di kuburan kucingnya dan mendoakan supaya arwah sang kucing diterima di Kerajaan Dewa. Diyakini, sebagai imbal-baliknya, arwah sang kucing akan melaporkan perlakuan baik yang diterimanya selama berada di bawah asuhan majikannya kepada Dewa dan Dewa akan memberkati manusia yang menjadi majikannya tersebut.
Kucing Hewan Kesayangan Nabi
Bagi umat Islam, kucing adalah hewan kesayangan Nabi Muhammad SAW. Dalam suatu kisah, Nabi Muhammad memiliki seekor kucing yang diberi nama Mueeza. Suatu saat, dikala nabi hendak mengambil jubahnya, ditemuinya kucing Mueeza sedang terlelap tidur dengan santai di atas jubah beliau. Tak ingin mengganggu hewan kesayangannya itu, nabi pun memotong belahan lengan yang ditiduri kucing Mueeza dari jubahnya. Ketika Nabi pulang kembali ke rumah, Muezza terbangun dan merunduk kepada majikannya. Sebagai balasan, nabi menyatakan kasih sayangnya dengan mengelus lembut ke badan mungil kucing itu.
Dalam aktivitas lain, setiap kali menerima tamu dirumah beliau, Nabi selalu menggendong Mueeza yang dipangku di paha beliau. Salah satu sifat Mueeza yang disukai Nabi, dia selalu mengeong ketika mendengar adzan, dan suara meongnya terdengar seperti mengikuti lantunan suara adzan. Kepada para sahabatnya, Nabi berpesan untuk menyayangi kucing peliharaan layaknya menyayangi keluarga sendiri.
Gambar prasasti miniatur kucing di Kekaisaran Ottoman. |
Abdurrahman bin sakhr al Azdi. diberi julukan Abu huruyrah (bapak para kucing jantan), karena kegemarannya dalam merawat dan memelihara berbagai kucing jantan dirumahnya.
Dalam syariat Islam, seorang muslim dilarang menyakiti kucing, berdasarkan hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari kisah Abdullah bin Umar dan Abu Hurairah.
Gambar suvenir kucing (patung kecil) di timur tengah. |
Tradisi ini akhirnya menjadi adat istiadat di berbagai kota-kota besar di Timur Tengah. Hingga saat ini, mulai dari Damaskus, Istanbul, hingga Kairo, dapat dijumpai kucing-kucing yang berkeliaran di pojok-pojok masjid dengan berbagai macam makanan yang disediakan oleh penduduk sekitarnya.
Mulai abad 13, sebagai manifestasi penghargaan masyarakat islam, rupa kucing dijadikan suvenir sebagai ukiran cincin para khalifah, termasuk porselen, patung hingga mata uang. Di dunia sastra, para penyair banyak membuat syair bagi kucing peliharaannya yang telah berjasa melindungi buku-buku mereka dari gigitan tikus dan serangga lainnya.
Dalam ilmu medis, banyak dokter tempo dulu yang menjadikan kucing sebagai terapi medis untuk penyembuhan tulang, melalui dengkuran gelombang suaranya yang setara dengan frekuensi 50hertz. Dengkuran tersebut menjadi frekuensi optimal dalam menstimulasi pemulihan tulang.
Sedikit Cerita Mengharukan
Cerita yang cukup terkenal terkait kucing adalah cerita tentang seekor kucing peliharaan yang dipercaya oleh seorang pria, untuk menjaga anaknya yang masih bayi dikala dia pergi selama beberapa saat. Bagaikan prajurit yang mengawal tuannya, kucing itu tak hentinya berjaga di sekitar sang bayi. Tak lama kemudian melintaslah ular berbisa yang sangat berbahaya di dekat si bayi mungil tersebut. Kucing itu dengan sigapnya menyerang ular itu hingga mati dengan darah yang berceceran. Sorenya ketika si pria pulang, dia kaget melihat begitu banyak darah di kasur bayinya. Prasangkanya berbisik, si kucing telah membunuh anak kesayangannya. Tak ayal lagi, ia mengambil pisau dan memenggal leher kucing yang tak berdosa itu.
Setelah melakukan aksi keji itu, tiba-tiba sang pria tersebut tersentak kaget, bagaimana tidak, ia melihat anaknya terbangun, dengan bangkai ular yang telah tercabik di bawah tempat tidur anaknya. melihat itu, si pria menangis dan menyesali perbuatannya setelah menyadari bahwa ia telah membunuh kucing peliharaannya yang telah bertaruh nyawa menjaga keselamatan anaknya.
Kisah ini menjadi refleksi bagi masyarakat untuk tidak berburuk sangka kepada siapa pun, untuk tidak berpikiran negatif, untuk tidak berperasaan negatif.
0 komentar:
Posting Komentar