Burung hantu merupakan burung pemangsa yang aktif berburu dimalam hari.
Namun tahukah anda kalau ternyata ada sekitar 222 jenis burung hantu
yang hidup di dunia ini??? Apa saja jenis-jenis burung hantu tersebut??? Berikut adalah 14 jenis burung hantu yang hidup di Indonesia :
1. Burung Hantu Tito Alba (Barn Owl)
Dikenal juga dengan nama Burung hantu Tito, atau Serak Jawa atau Barn
Owl. Jenis burung hantu ini bertubuh besar dengan tubuh bagian atas
berwarna kuning tua kecokelatan dengan bercak halus, sedangkan bagian
bawah berwarna putih dengan bintik hitam. Tingginya mungkin sekitar 34
cm. Ciri-ciri burung hantu Tito adalah memiliki wajah yang berwarna
putih yang berbentuk seperti hati.
Habitat burung hantu tito alba ini adalah daerah berpohon
di tepi hutan, perkebuann, hingga taman kota dengan ketinggian mencapai
1.600 m di atas permukaan laut. Burung hantu jenis ini dapat ditemukan
di seluruh benua, kecuali Antartika.
Tyto alba merupakan jenis burung hantu terpopular di Indonesia.
Wilayah persebaran :
2. Wowo-wiwi (Bay Owl)
Hampir di seluruh dunia
Kebiasaan :
Bersembunyi pada siang hari di dalam
lubang gelap di rumah-rumah, pohon, batu karang atau vegetasi yang
rapat. Umumnya di hutan bakau dan pantai, tetapi muncul saat malam hari
untuk berburu di lapangan terbuka. Terbang rendah di atas tanah dengan
kepakan sayap tanpa bersuara.
Makanan :
Tikus besar dan kecil, kalong, kadang-kadang burung lain, reptil, amfibi, dan serangga besar.
Perkembangbiakan :
Di alam liar, Tyto alba
berkembang biak pada bulan Mei – Juli. Induk berina bertelur sebanyak 3
– 4 butir, telur berwarna putih yang diletakkan pada sarang yang tidak
dilapisi di dalam lubang pohon, atau pada tembok batu atau bangunan.
Dikenal juga dengan nama Serak Bukit atau Oriental Bay Owl, dan memiliki nama latin Phodilus badius.
Burung hantu jenis ini memiliki wajah khas yang bisa dibilang mirip
ular sendok. Tingginya sekitar 27 cm. Daerah penyebarannya adalah
wilayah Asia Tenggara.
Wilayah persebaran :
3. Celepuk Merah (Reddish Scops Owl)
India, Asia Tenggara, China Selatan, dan
Indonesia (khususnya Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali). Namun
belakangan ini, bay owl makin jarang dijumpai di Jawa dan Bali. Mereka
biasanya mendiami kawasan hingga ketinggian 1.500 meter dari permukaan
tanah.
Kebiasaan :
Kurang diketahui secara jelas. Tetapi
burung hantu jenis ini umumnya memiliki sifat pemalu. Mereka juga aktif
di malam hari. Pada saat siang hari sering terlihat duduk agak mendatar,
hampir menyerupai burung paruh katak.
Makanan :
Tikus, burung kecil, reptil, amfibi, serangga, dan kadal.
Perkembangbiakan :
Bersarang pada lubang pohon, dengan jumlah telur umumnya 2 butir (terkadang ada yang berjumlah 3 butir), warna telur putih.
Dikenal juga dengan nama Reddish scops-owl serta memiliki nama latin Otus rufescens. Ukuran tubuh mereka sangat kecil, tingginya hanya sekitar 15-18 cm. Habitat celepuk merah
adalah daerah dataran rendah dengan banyak pepohonan, perbukitan, serta
hutan primer dan sekunder. Secara umum, habitat mereka berada pada
dataran rendah, tetapi ada juga yang hidup di daerah dengan ketinggian
mencapai 1.350 m di atas permukaan laut. Daerah penyebaran celepuk merah antara lain Sumatera, Jawa, Kalimantan hingga Semenanjung Thailand, dan Semenanjung Malaysia.
Wilayah persebaran :
4. Celepuk Gunung (Javan Scops Owl)
Semenanjung Malaysia, Filipina, Kalimantan, Jawa (dataran rendah, terbatas di sebelah barat).
Kebiasaan :
Sering mendiami kawasan hutan di dataran rendah. Data lain belum diketahui.
Makanan :
Kemungkinan serangga dan binatang kecil lainnya.
Perkembang biakan :
Belum ada laporan tertulis mengenai hal ini.
Dikenal juga dengan nama Javan Scops Own dan memiliki nama latin Otus angelinae.
Burung hantu berukuran kecil ini (tingginya sekitar 20 cm) merupakan
spesies burung hantu langka yang hanya dapat ditemukan di Indonesia.
Selain itu, burung hantu ini juga tidak memiliki sub-spesies.
Wilayah persebaran :
Endemik di Jawa Barat (hanya terdapat di pegunungan tinggi, itu pun kemungkinan hanya ada di Gunung Pangrango).
Kebiasaan :
Kurang diketahui, biasanya berada di hutan pegunungan dengan ketinggian 1.000-2.500 meter dari permukaan laut.
Makanan :
Serangga besar, termasuk kumbang.
Perkembangbiakan :
Tidak banyak catatan, tetapi kemungkinan
sama dengan kerabat dekat celepuk gunung yang hidup di Asia, bertelur 3
- 4 butir, sarang memanfaatkan lubang pohon atau bekas sarang burung
dari keluarga Captonidae.
5. Celepuk (Collared Scops Owl)
Dikenal juga dengan nama Indian Scops Owl dan memiliki nama latin Otus bakkamoena. Habitat clepuk
adalah di dalam hutan dan area yang banyak pohonnya. Meskipun ukuran
tubuh mereka hanya sekitar 23 - 25 cm, tetapi mereka adalah salah satu
yang terbesar dari spesies scops owl. Mereka adalah pemakan
serangga dan merupakan binatang nokturnal. Karena kemampuan kamuflasenya
yang cukup mumpuni, akan sangat sulit menemukan mereka di siang hari. Daerah penyebaran Indian Scops Owl
adalah bagian selatan Asia meliputi Bagian Timur dari Timur Tengah,
anak benua India, hingga ke beberapa negara di Asia Tenggara termasuk
Indonesia.
Wilayah persebaran :
India, China, dan Asia Tenggara termasuk Indonesia (terutama Jawa dan Bali).
Kebiasaan :
Bertengger pada tempat yang rendah, hampir
sepanjang malam mengeluarkan bunyi sedih secra musiman. Mengintai
mangsa dari tempat bertengger dan tiba-tiba menyergapnya.
Makanan :
Serangga besar seperti kecoa, jangkrik, dan kumbang, serta beberapa jenis burung kecil.
Perkembangbiakan :
Bertelur dengan jumlah 2 – 3 butir, telur
berwana putih dan hampir bulat sempurna. Sarang diletakkan dalam lubang
pohon, pelepah daun palem, atau rumpun bambu.
6. Celepuk Rajah (Rajah's Scops Owl)
Burung hantu yang hanya berukuran sekitar 23 cm ini emiliki nama latin Otus brookei.
Bisa dibilang burung hantu kecil ini merupakan yang paling tidak
populer dibandingkan dengan jenis burung hantu lainnya di Indonesia.
Karena memang hanya pernah ditemukan beberapa spesimen saja yang berasal
dari daerah pegunungan di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa Timur.
Wilayah persebaran :
Seperti burung hantu scops yang lain.
Makanan :
Serangga
Perkembangbiakan :
7. Hingkik (Barred Eagle Owl)
Spesies burung hantu yang satu ini jarang
sekali dikenal. Hanya pernah ditemukan beberapa spesimen yang berasal
dari daerah pegunungan di Kalimantan, Sumatera, dan Jawa Timur.
Kebiasaan :Seperti burung hantu scops yang lain.
Makanan :
Serangga
Perkembangbiakan :
Belum ada catatan mengenai perilaku perkembangbiakan burung ini.
Memiliki nama lain Beluk Jampuk atau Barred Eagle Owl serta memiliki nama latin Bubo sumatranus. Sering juga disebut dengan nama Malay Eagle Owl. Habitat hingkik adalah di hutan tropis dan subtropis di dataran rendah. Daerah penyebaran Hingkik antara lain di Pulau Keeling, Brunei, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Singapura, dan Thailand.
Wilayah persebaran :
8. Bloketupu/Bubo Ketupu (Buffy Fish Owl)
Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Bali (jarang dijumpai di hutan dataran rendah)
Kebiasaan :
Senang mandi di kolam dan aliran air,
terbang cepat dan rendah dari tempat sembunyi pada saat menjelang gelap.
Berburu dari tempat hinggap dan meloncat-loncat dengan indah.
Makanan :
Tikus besar dan kecil, ikan-ikan kecil, ular, dan burung-burung kecil.
Perkembangbiakan :
Sarang dibuat dalam lubang pohon, terkadang cukup rendah di atas tanah, menghasilkan 1-2 butir telur.
Dikenal juga dengan nama Bubo Ketupu atau Ketupa Ketupu atau Beluk ketupa atau Buffy Fish Owl. Dikenal juga sebagai Malay Fish Owl. Habitat Bloketupu adalah daerah hutan pegunungan tropis dan subtropis. Daerah penyebaran bloketupu ini antara lain di Brunei, Kamboja, India, Laos, Myanmar, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.
Wilayah persebaran :
9. Beluk watu Jawa (Asian Barred Owl)
Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Di
negeri kita, hanya dijumpai di Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Bali
(kadang terlihat di hutan dataran rendah).
Kebiasaan :
Umumnya aktif di malam hari, tetapi
sebagian aktif di siang hari di tempat-tempat yang teduh dan gelap.
Senang mandi dan berendam lama-lama di dalam air. Sebagian besar
menangkap makanannya dari dalam air.
Makanan :
Ikan-ikan kecil, kodok, krustasea, mamalia dan reptil kecil.
Perkembangbiakan :
Sarang dibuat dalam lubang pohon yang
rapuh, atau bekas sarang burung lain pada pohon yang tinggi, hanya
bertelur 1 butir dan berukuran besar, bulat, berwarna putih dengan
bercak-bercak kotor.
Dikenal juga dengan nama Javan Owlet Glaucidium, serta memiliki nama latin Glaucidium castanopterum.
Burung Hantu jenis ini adalah burung endemik Pulau Jawa dan Bali.
Habitat beluk watu jawa adalah di kantung-kantung hutan di dataran
rendah dan perbukitan. Namun mereka juga sering terlihat di pekarangan
desa, hutan primer, dan hutan sekunder.
Wilayah persebaran :
Bersarang di lubang kecil pada pohon, biasanya bertelur 2 telur berwarna putih
10. Punggok Cokelat (Brown Hawk Owl)
Asia Tenggara, di luar Semenanjung Malaysia, Jawa, dan Bali (dianggap sebagai jenis yang terpisah).
Kebiasaan :
Sering berada di dusun, kebun, dan hutan
sekunder. Aktif di malam hari, namun terkadang siang hari. Suaranya
terdengar malam menjelang fajar.
Makanan :
Serangga dan burung kecil
Perkembangbiakan :Bersarang di lubang kecil pada pohon, biasanya bertelur 2 telur berwarna putih
Spesies burung hantu yang memiliki nama latin Ninox scutulata ini dikenal juga dengan nama Brown Hawk-Owl. Burung ini berukuran medium, dengan tinggi sekitar 32 cm. Habitat Punggok Cokelat antara lain di hutan dan daerah yang banyak pepohonan. Daerah penyebaran punggok cokelat meliputi Asia Selatan mulai dari India dan Sri Lanka hingga bagian timur Indonesia dan China Selatan.
Wilayah persebaran :
Asia Timur dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Di Indonesia, habitanya hanya di Sumatera, Sulawesi, dan Jawa Barat.
Kebiasaan :
Aktif saat menjelang senja di pinggir
hutan atau perkebunan. Ia bisa terbang mengejar mangsa, seperti capung
dan serangga, kemudian ditangkap dengan cakarnya saat terbang.
Makanan :
Serangga, tonggeret, capung, kecoa, lebah, dan sebagainyal.
Perkembangbiakan :
Bersarang di lubang kecil pada pohon, dengan telur yang berjumlah 2-3 butir, warna telur putih.
11. Seloputo (Spotted Wood Owl)
Burung yang dikenal juga dengan nama Spotted Wood Owl ini memiliki nama latin Strix seloputo.
Termasuk kedalam spesies burung hantu yang berbadan besar. Tingginya
sekitar 47 cm. Ada 3 sub-spesies dari Strix seloputo yaitu Strix seloputo seloputo (Myanmar dan Thailand Tengah hingga Singapura, serta Jambi (Sumatra) dan Jawa. Strix seloputo baweana (Endemik Pulau Bawean), dan Strix seloputo wiepkini (Pulau Calamian dan Palawan (Filipina).
Asia Tenggara, Semenanjung Malaysia, Pulau Palawan (Filipina), dan Jawa. Bentuk yang lebih kecil terdapat di Pulau Bawean.
Kebiasaan :
Sering berada di hutan dataran rendah, dan rumpun hutan dekat desa, atau juga di kota-kota.
Makanan :
Mamalia kecil, anakan burung, dan serangga.
Perkembangbiakan :
Bersarang di lubang pepohonan, jumlah telur 1-2 butir, telur berwarna putih.
12. Kokok Beluk (Brown Wood Owl)
Burung hantu yang dikenal juga dengan nama Brown Wood Owl ini memiliki nama latin Strix leptogrammica.
Mereka termasuk jenis burung hantu berbadan besar. Tubuhnya setinggi
45-47 cm. Burung hantu jenis ini hidup di wilayah Asia Selatan seperti
Sri Lanka dan India hingga ke Timur sampai ke Indonesia dan China
Selatan.
India, China, dan Asia Tenggara termasuk Indonesi (Sumatera, Kalimantan dan wilayah barat Jawa).
Kebiasaan :
Nokturnal, jarang terlihat di siang hari.
Jika terganggu pada siang hari, burung akan menggugurkan bulu-bulunya
sehingga nampak seperti sepotong kayu mati dan melihat dengan mata
setengah tertutup. Pasangannya akan memanggil-manggil sebelum hari
gelap, atau beberapa saat sebelum waktu berburu.
Makanan :
Mamalia kecil, ulat, burung kecil dan kadang kadal
Perkembangbiakan :
Sarangnya hanya tumpukan kasar dari sampah, yang diletakkan didalam dasar lubang pada pohon.
Burung hantu yang dikenal juga dengan nama Short-eared Owl ini memiliki nama latin Asio flammeus. Jenis burung hantu ini memiliki setidaknyya 10 sub-spesies dan tersebar di seluruh benua kecuali Australia dan Antartika.
Wilayah persebaran :
14. Celepuk Reban
Di seluruh dunia. Tetapi Asia Tenggara
hanya dijadikan sebagai persinggahan di musim dingin. Di Indonesia,
mereka lebih sering dijumpai di Pulau Kangean saja.
Kebiasaan :
Lebih menyukai daerah terbuka yang berumput. Sebagian besar aktif di daratan dan pada siang hari.
Makanan :
Mamalia kecil, ulat, burung kecil dan kadang kadal
Perkembangbiakan :
Belum ada catatan mengenai hal ini.
Burung hantu kecil yang memiliki nama latin Otus lempiji ini memiliki banyak sekali nama panggilan. Nama umumnya adalah Celepuk, di Sunda disebut dengan beuek, sedangkan di Jawa Tengah disebut manuk kuwek, sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Sunda Scops-Owl atau Collared Scops-Owl. Dulunya spesies ini dimasukkan dalam sub-spesies Otus bakkamoena,
tetapi sekarang sudah tidak lagi. Daerah penyebaran burung celepuk
reban ini adalah di Filipina, Kalimantan, Sumatera, Jawa, dan Bali.
0 komentar:
Posting Komentar